Sunday, December 9, 2018

Penyakit Rabies Pada Kucing dan Pengobatannya

kucing rabies - popopetshopku.com

Penyakit Rabies disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit rabies merupakan penyakit virus yang paling fatal dan ganas. Kucing yang terserang penyakit rabies akan sulit disembuhkan apabila sudah terlihat gejala stadium akhir. Masa inkubasinya juga sangat bervariasi (dari satu minggu hingga berbulan-bulan) dan sangat tergantung pada letak gigitannya. Kebanyakan kucing yang terserang rabies berumur kurang dari tiga tahun, dimana kucing jantan menjadi kelompok yang paling sering diserang virus ini.

Penyakit rabies ini sangat akut karena langsung menyerang susunan saraf pusat (otak) dan menyebabkan ensefalomielitis akut (radang otak secara total) dengan gejala dan gangguan saraf yang sangat menonjol, dimana penderita tampak sangat agresif, fotofobik (takut sinar) dan hidrofobik (takut air).
Di Indonesia hewan yang sangat peka dan mudah terserang rabies adalah anjing, kucing dan kera. Hewan yang mengidap penyakit rabies cenderung akan menyerang siapa saja yang berada/bergerak di dekatnya atau yang mengganggunya.

Virus rabies bersifat neurotropik dan merupakan virus bersampul, artinya virus ini sangat peka terhadap panas, sinar matahari, kekeringan, desinfektan, dan sabun. Kebanyakan virus rabies senang hidup dalam jaringan saraf, kelenjar ludah, pankreas dan otak. Mereka yang terinfeksi rabies akan terlihat depresi, lumpuh, serta tidak dapat menelan sebelum koma dan mati. Virus ini tidak terdapat pada urine, feses, dan darah. Virus sudah berada di dalam air liur setelah gejala sarafnya terlihat selama lima hari.

Virus rabies merupakan organisme yang lebih kecil dari bakteri, diselubungi dinding protein atau kapsul yang disebut kapsid untuk melindungi unting RNA. Penyakit rabies sering dijumpai di Amerika Serikat, Inggris, India, Jepang dan negara-negara di Afrika. Penyakit rabies ini mudah menyerang anjing, kucing, babi, sapi, kambing, kuda, unta, kelelawar, kera dan manusia. 
Pada tahun 1996 pertama kali ditemukan di Australia bahwa seekor kelelawar terserang penyakit rabies.


PENULARAN

Penyakit rabies dapat menular pada manusia dan hewan lain, kecuali hewan sebangsa tikus (rodensia). Penularan penyakit rabies ini pada umumnya terjadi melalui gigitan dengan air liur yang telah mengandung virus rabies.
Selain lewat gigitan, virus rabies dalam air liur juga dapat menular melalui beberapa jalan sebagai berikut:
  • Luka terbuka
  • Membran mukosa mulut, hidung dan mata
  • Bekas cakaran yang menyebabkan luka (biasanya kuku penderita sudah tercemar karena penderita sering mengusap-usapkan air liurnya).
Adapun kecepatan untuk menimbulkan gejala saraf setelah digigit kucing yang mengidap rabies, tergantung pada beberapa hal ini:
  1. Kedalaman luka gigitan kucing
  2. Parah tidaknya luka gigitan
  3. Lokasi gigitan kucing; semakin dekat dengan otak, semakin parah dampaknya. Otak dari semua yang sudah terinfeksi akan dipenuhi dengan partikel virus rabies.
  4. Jumlah luka gigitan kucing.
Masa inkubasi pada kucing adalah 15-25 hari sebelum gejalanya terlihat. Virus akan menuju otak melalui susunan saraf, kemudian berkembang kembali di mulut, menginfeksi semua saraf di sekitar mulut, dan masuk ke dalam kelenjar ludah (sepuluh hari sebelum gejalanya timbul).
Konsentrasi virus di dalam kelenjar ludah menjadi sangat tinggi. Pada kondisi ini meski gejalanya belum terlihat, kucing bisa dengan mudah menularkannya ke kucing lain melalui gigitan setelah tiga hari terinfeksi.


GEJALA KLINIS

Setelah virus berkembang di dalam otak, gejala yang terdiri atas tiga fase yang berbeda akan muncul dan mulai terlihat secara berurutan. Tiga fase tersebut antara lain:
  • FASE PRODROMAL (Stadium l - Melankolis)
Pada fase prodromal kucing pengidap penyakit rabies akan mengalami perubahan sikap, misalnya kucing yang sehari-harinya lincah berubah menjadi pendiam, sedangkan kucing yang pendiam menjadi gelisah. Gejala awal saat pertama kali terinfeksi adalah demam, dan penolakan makan, kemudian kucing merasa ketakutan, gelisah, senang menyendiri, dan senang bersembunyi di tempat yang gelap dan terlindungi. Air liurnya keluar hingga terlihat menggantung.

  • FASE FURIOUS (Stadium ll - Excitement)
Pada fase furius ini selalu tampak gejala yang jelas, yaitu kucing akan menyerang semua hewan dan manusia yang ada di dekatnya. Adapun masa infeksi pada kucing lebih pendek dibandingkan dengan masa infeksi pada anjing. Kadang gejalanya tidak terlihat dan bisa saja kucing mati mendadak pada keesokan harinya.
Pupil matanya melebar, walaupun kucing berada di tempat yang sangat terang. Terlihat ekspresi di wajahnya seakan-akan mereka mau menerkam sesuatu di depannya. Kucing mulai memakan benda-benda asing, misalnya kayu, besi, dan batu. Kucing akan menjadi hiperaktif terhadap sinar dan suara, dimana mereka akan mengganas bila melihat sinar terang dan mendengar suara yang keras.
Kucing berlari-lari kesana kemari, serta menyerang hewan lain, dan kandangnya. Kucing pada fase ini juga dapat mati mendadak karena serangan jantung.
 
kucing terkena rabies
 

  • FASE DUMB (Stadium lll - Paralitikum)
Gangguan sarat akan mempengaruhi kepala dan tenggorokan. Kucing mulai mengeluarkan air liur secara berlebihan , dan tidak dapat atau gagal menelan air liurnya sendiri. Kucing kesulitan bernafas, sehingga berusaha membuka mulut lebar-lebar dan rahangnya sampai tergantung. Otot wajahnya lumpuh. Kucing batuk-batuk. Kakinya menggaruk-garuk mulutnya. Kucing kesulitan untuk mengontrol gerakan tubuhnya. Kaki belakangnya lumpuh sehingga kesulitan untuk berdiri dan berjalan. Pinggang dan ekornya melemah (ekornya turun ke bawah dan menjulur di bawah selangkangannya). Kucing kolaps dan koma. Setelah 2-4 hari kemudian kucing akan mati karena otot-otot pernapasannya lumpuh total.


PENCEGAHAN

Karena penyakit rabies sangat berbahaya dan ganas, maka pencegahan dan pemberantasannya harus dilakukan secara intensif dan sedini mungkin. Sebaiknya kucing tidak dibiarkan berkeliaran di luar rumah. Jangan biarkan kucing makan bangkai. Terutama pada malam hari, usahakan agar kucing dikandangkan. Penderita penyakit rabies ini beraktivitas dan menjadi lebih agresif pada malah hari karena mereka takut terhadap sinar.

PENGOBATAN

Disini tidak ada pengobatan rabies yang benar-benar manjur. Jika letak luka gigitan jauh dari kepala, pengobatan untuk melawan virus ini bisa dilakukan dengan vaksinasi (biasanya dengan vaksin inaktif saja agar lebih aman). Sebaiknya lakukan saja pencegahan dengan cara vaksinasi rabies pada kucing secara dini.

Apabila kucing digigit hewan lain, sebaiknya cuci bersih bekas gigitan dengan sabun, dan berikan obat antiseptik untuk mengurangi serangan virus rabies. Penyakit rabies ini sebenarnya tidak dapat diobati apabila virus langsung menyerang susunan saraf pusatnya, dan penderita akan mati dengan gejala saraf yang sangat hebat, dimana mulutnya berbuih dan air liurnya menggantung. Pada umumnya pengobatan kucing yang sudah terinfeksi rabies tidak bisa dipastikan keberhasilannya. 

Jika kita digigit kucing yang diduga berpenyakit rabies, segera cuci luka gigitan dengan sabun antiseptik, kemudian bilas dengan air bersih secukupnya. Setelah itu, cuci dengan alkohol 70%. Setelah kering, olesi dengan yodium tinktur atau desinfektan yang lain, kemudian segera periksakan diri ke dokter untuk menerima pengobatan selanjutnya. Segera laporkan kepada petugas Dinas Peternakan tentang kucing yang telah menggigit, terutama mengenai pemilik, alamat pemilik, serta kriteria warna dan jenis kucingnya.

Sementara itu, bagi pemilik kucing yang telah menggigit, segera lakukan isolasi (mengandangkan) kucingnya. Segera laporkan dan periksakan pada Dinas Peternakan. Siapkan buku vaksinasi terakhir (kalau ada). Biasanya kucing yang diduga menderita rabies atau yang telah menggigit orang akan dikarantina oleh dokter hewan atau Dinas Peternakan selama minimal 10-15 hari dalam kandang yang terkunci. Apabila positif terinfeksi rabies, kucing harus segera dimusnahkan. Namun, apabila setelah 15 hari ternyata kucing negatif rabies, kucing bisa diambil kembali. Jika kucing yang diduga terkena rabies sudah mati sebelum seminggu, segera serahkan bangkai tersebut pada Dinas Peternakan untuk diatopsi untuk diambil otaknya, agar dapat dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui dengan pasti apakah kucing tersebut mati karena positif terserang penyakit rabies atau tidak.

Nah itu tadi informasi tentang penyakit rabies pada kucing dan pengobatannya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita. Jangan lupa share atau bagikan pada teman-teman, dan saudara-saudara kamu ya, agar mereka juga mengetahui informasi penting ini. Terimakasih.


-----oOo-----

No comments:

Post a Comment