Penyakit rabies ini sangat akut karena langsung menyerang susunan saraf pusat (otak) dan menyebabkan ensefalomielitis akut (radang otak secara total) dengan gejala dan gangguan saraf yang sangat menonjol, dimana penderita tampak sangat agresif, fotofobik (takut sinar) dan hidrofobik (takut air).
Di Indonesia hewan yang sangat peka dan mudah terserang rabies adalah anjing, kucing dan kera. Hewan yang mengidap penyakit rabies cenderung akan menyerang siapa saja yang berada/bergerak di dekatnya atau yang mengganggunya.
Virus rabies bersifat neurotropik dan merupakan virus bersampul, artinya virus ini sangat peka terhadap panas, sinar matahari, kekeringan, desinfektan, dan sabun. Kebanyakan virus rabies senang hidup dalam jaringan saraf, kelenjar ludah, pankreas dan otak. Mereka yang terinfeksi rabies akan terlihat depresi, lumpuh, serta tidak dapat menelan sebelum koma dan mati. Virus ini tidak terdapat pada urine, feses, dan darah. Virus sudah berada di dalam air liur setelah gejala sarafnya terlihat selama lima hari.
Virus rabies merupakan organisme yang lebih kecil dari bakteri, diselubungi dinding protein atau kapsul yang disebut kapsid untuk melindungi unting RNA. Penyakit rabies sering dijumpai di Amerika Serikat, Inggris, India, Jepang dan negara-negara di Afrika. Penyakit rabies ini mudah menyerang anjing, kucing, babi, sapi, kambing, kuda, unta, kelelawar, kera dan manusia.
Pada tahun 1996 pertama kali ditemukan di Australia bahwa seekor kelelawar terserang penyakit rabies.
Selain lewat gigitan, virus rabies dalam air liur juga dapat menular melalui beberapa jalan sebagai berikut:
Konsentrasi virus di dalam kelenjar ludah menjadi sangat tinggi. Pada kondisi ini meski gejalanya belum terlihat, kucing bisa dengan mudah menularkannya ke kucing lain melalui gigitan setelah tiga hari terinfeksi.
Di Indonesia hewan yang sangat peka dan mudah terserang rabies adalah anjing, kucing dan kera. Hewan yang mengidap penyakit rabies cenderung akan menyerang siapa saja yang berada/bergerak di dekatnya atau yang mengganggunya.
Virus rabies bersifat neurotropik dan merupakan virus bersampul, artinya virus ini sangat peka terhadap panas, sinar matahari, kekeringan, desinfektan, dan sabun. Kebanyakan virus rabies senang hidup dalam jaringan saraf, kelenjar ludah, pankreas dan otak. Mereka yang terinfeksi rabies akan terlihat depresi, lumpuh, serta tidak dapat menelan sebelum koma dan mati. Virus ini tidak terdapat pada urine, feses, dan darah. Virus sudah berada di dalam air liur setelah gejala sarafnya terlihat selama lima hari.
Virus rabies merupakan organisme yang lebih kecil dari bakteri, diselubungi dinding protein atau kapsul yang disebut kapsid untuk melindungi unting RNA. Penyakit rabies sering dijumpai di Amerika Serikat, Inggris, India, Jepang dan negara-negara di Afrika. Penyakit rabies ini mudah menyerang anjing, kucing, babi, sapi, kambing, kuda, unta, kelelawar, kera dan manusia.
Pada tahun 1996 pertama kali ditemukan di Australia bahwa seekor kelelawar terserang penyakit rabies.
PENULARAN
Penyakit rabies dapat menular pada manusia dan hewan lain, kecuali hewan sebangsa tikus (rodensia). Penularan penyakit rabies ini pada umumnya terjadi melalui gigitan dengan air liur yang telah mengandung virus rabies.Selain lewat gigitan, virus rabies dalam air liur juga dapat menular melalui beberapa jalan sebagai berikut:
- Luka terbuka
- Membran mukosa mulut, hidung dan mata
- Bekas cakaran yang menyebabkan luka (biasanya kuku penderita sudah tercemar karena penderita sering mengusap-usapkan air liurnya).
- Kedalaman luka gigitan kucing
- Parah tidaknya luka gigitan
- Lokasi gigitan kucing; semakin dekat dengan otak, semakin parah dampaknya. Otak dari semua yang sudah terinfeksi akan dipenuhi dengan partikel virus rabies.
- Jumlah luka gigitan kucing.
Konsentrasi virus di dalam kelenjar ludah menjadi sangat tinggi. Pada kondisi ini meski gejalanya belum terlihat, kucing bisa dengan mudah menularkannya ke kucing lain melalui gigitan setelah tiga hari terinfeksi.
GEJALA KLINIS
Setelah virus berkembang di dalam otak, gejala yang terdiri atas tiga fase yang berbeda akan muncul dan mulai terlihat secara berurutan. Tiga fase tersebut antara lain:- FASE PRODROMAL (Stadium l - Melankolis)
- FASE FURIOUS (Stadium ll - Excitement)
Pupil matanya melebar, walaupun kucing berada di tempat yang sangat terang. Terlihat ekspresi di wajahnya seakan-akan mereka mau menerkam sesuatu di depannya. Kucing mulai memakan benda-benda asing, misalnya kayu, besi, dan batu. Kucing akan menjadi hiperaktif terhadap sinar dan suara, dimana mereka akan mengganas bila melihat sinar terang dan mendengar suara yang keras.
Kucing berlari-lari kesana kemari, serta menyerang hewan lain, dan kandangnya. Kucing pada fase ini juga dapat mati mendadak karena serangan jantung.
- FASE DUMB (Stadium lll - Paralitikum)
PENCEGAHAN
Karena penyakit rabies sangat berbahaya dan ganas, maka pencegahan dan pemberantasannya harus dilakukan secara intensif dan sedini mungkin. Sebaiknya kucing tidak dibiarkan berkeliaran di luar rumah. Jangan biarkan kucing makan bangkai. Terutama pada malam hari, usahakan agar kucing dikandangkan. Penderita penyakit rabies ini beraktivitas dan menjadi lebih agresif pada malah hari karena mereka takut terhadap sinar.PENGOBATAN
Disini tidak ada pengobatan rabies yang benar-benar manjur. Jika letak luka gigitan jauh dari kepala, pengobatan untuk melawan virus ini bisa dilakukan dengan vaksinasi (biasanya dengan vaksin inaktif saja agar lebih aman). Sebaiknya lakukan saja pencegahan dengan cara vaksinasi rabies pada kucing secara dini.Apabila kucing digigit hewan lain, sebaiknya cuci bersih bekas gigitan dengan sabun, dan berikan obat antiseptik untuk mengurangi serangan virus rabies. Penyakit rabies ini sebenarnya tidak dapat diobati apabila virus langsung menyerang susunan saraf pusatnya, dan penderita akan mati dengan gejala saraf yang sangat hebat, dimana mulutnya berbuih dan air liurnya menggantung. Pada umumnya pengobatan kucing yang sudah terinfeksi rabies tidak bisa dipastikan keberhasilannya.
Jika kita digigit kucing yang diduga berpenyakit rabies, segera cuci luka gigitan dengan sabun antiseptik, kemudian bilas dengan air bersih secukupnya. Setelah itu, cuci dengan alkohol 70%. Setelah kering, olesi dengan yodium tinktur atau desinfektan yang lain, kemudian segera periksakan diri ke dokter untuk menerima pengobatan selanjutnya. Segera laporkan kepada petugas Dinas Peternakan tentang kucing yang telah menggigit, terutama mengenai pemilik, alamat pemilik, serta kriteria warna dan jenis kucingnya.
Sementara itu, bagi pemilik kucing yang telah menggigit, segera lakukan isolasi (mengandangkan) kucingnya. Segera laporkan dan periksakan pada Dinas Peternakan. Siapkan buku vaksinasi terakhir (kalau ada). Biasanya kucing yang diduga menderita rabies atau yang telah menggigit orang akan dikarantina oleh dokter hewan atau Dinas Peternakan selama minimal 10-15 hari dalam kandang yang terkunci. Apabila positif terinfeksi rabies, kucing harus segera dimusnahkan. Namun, apabila setelah 15 hari ternyata kucing negatif rabies, kucing bisa diambil kembali. Jika kucing yang diduga terkena rabies sudah mati sebelum seminggu, segera serahkan bangkai tersebut pada Dinas Peternakan untuk diatopsi untuk diambil otaknya, agar dapat dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui dengan pasti apakah kucing tersebut mati karena positif terserang penyakit rabies atau tidak.
Nah itu tadi informasi tentang penyakit rabies pada kucing dan pengobatannya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita. Jangan lupa share atau bagikan pada teman-teman, dan saudara-saudara kamu ya, agar mereka juga mengetahui informasi penting ini. Terimakasih.
-----oOo-----
No comments:
Post a Comment